Pagi yang indah, matahari bersinar terang, ayam bekokok di temani dengan
segelas kopi hangat menambah indahnya pagi. Tapi, tanpa membaca artikel
tentang hornline rasanya bagai
JK tanpa
WIRANTO.Tanpa
panjang kali lebar kali ini saya akan bahas tentang apa saja sich
bagian-bagian hornline itu ? karena alat musik tiup yang akan di bahas
adalah macam macam trumpet dari logam, jadi kita sebut saja
brasswind.Julukan ini berlaku untuk seluruh rakyat trumpet seperti
Cornet, Corno, French Horn, Flugle, mellow, Baritone, Trombone, Tuba
dsb.
Ukuran
Brasswind bermacam-macam, mulai dari yang berukuran kecil hingga yang
berukuran ekstra besar..tergantung dari perwakilan nadanya
masing-masing, mulai dari sopran, alto, tenor, bass, hingga contra bass.
Awalnya, bentuk mereka panjang, agar lebih ringkas makanya digulung
sedemikian rupa sehingga flexibel untuk di pegang maupun di mainkan.Ada
yang di pegang saja, ada yang digendong seperti lagunya mbah Surip,
sampai yang gulung di badan.
1.TRUMPETTrumpet,
bunyinya keras! Satu trumpet mampu berteriak sekuat tenaga 6 watt
sehingga pantas kalau trumpet kemudian dipilih untuk mengisi formasi
musik lapangan seperti marching band itu. Satu saja sudah vokal, apalagi
kalau krubutan. Rame dah! Gaya memainkannya aneka macam, ada yang
dipeluk, dikalungkan, atau cukup ditenteng saja.
MENARIK DAN MENGESANKAN Kita
pasti penasaran melihat alat pengatur nada trumpet yang hanya berupa 3
buah piston. Meskipun berpiranti sederhana namun trumpet mampu
menjelajah semua nada, lengkap hingga ke nada-nada kromatik. Menarik!
Dan
lagi, meskipun berbeda ukuran, berbeda bentuk dan berbeda latar
belakang, namun semua brasswind dibunyikan dengan cara yang sama yaitu
dengan cara ditiup mouthpiecenya. Dan tanpa janjian, mouthpiece atau
piranti bantu sumber bunyi masing-masing mereka memiliki desain yang
nyaris serupa.
Piranti pengatur nada trumpet biasa kita sebut
piston. Jumlah piston cuma 3 namun alat musik itu mampu menyuarakan
banyak nada, do-di-re-ri-mi-fa-fi-sol dst. lengkap hingga mencapai lebih
dari 2 ½ oktaf.
Sistim piston yang dikembangkan untuk pertama
kalinya di Jerman oleh Heinrich Stolzel pada 1814 dulunya berupa tabung
atau selongsong mirip spet suntikan. Di dalam tabung terdapat piston
beserta kelengkapannya seperti gagang piston dan per. Adanya per membuat
piston dapat ditekan dan kembali membal.
Beberapa lubang seperti
liang terdapat di bodi piston. Liang-liang ini berfungsi menyalurkan
udara ke jalur nada yang dituju. Perubahan posisi piston, naik atau
turun akan membuka atau menutup lubang saluran dan mengubah arah aliran
serta jarak tempuh udara di dalam tabung. Makin panjang jarak, nada
makin merendah.
Penemuan piston ini sangat penting. Dengan
piston kita tidak perlu lagi repot-repot menggonti-ganti sulur bodi,
menambah atau mengurangi panjangnya guna mendapatkan suara yang pas.
Cukup dengan mencet-mencet tombol piston saja dan…, semuapun beres.
Piston sebagai pengatur nada ini dapat diaplikasikan ke semua jenis alat
musik brasswind, baik yang berukuran kecil, sedang maupun besar.
Pengembangan sistim piston dilakukan kemudian oleh Perinet dari Berlin
pada 1838.
CARA NADA DIHASILKAN
Cara
kerja piston cukup simple. Posisi piston tanpa ditekan disebut posisi
open. Kode angka 1 merujuk pada aksi menekan piston pertama, menggunakan
jari telujuk tangan kanan, disebut posisi 1. Angka 2 adalah piston ke
dua, ditekan dengan jari tengah, disebut posisi 2. Angka 3 untuk piston
ke tiga ditekan dengan jari manis disebut posisi 3. Nomor urut piston
dihitung mulai dari piston pertama yang berada paling dekat mouthpiece,
piston kedua berada ditengah dan piston ke tiga berada dekat ke corong.
Posisi
open, tanpa menekan, akan menghasilkan nada-nada harmoni C /G/c/e/g/bes
dan c. atau DO – SOL – do – mi – sol – li – do. (Nada oktaf dicapai
dengan bantuan formasi bibir atau embouchure yang mengetat ketika meniup
mouthpiece).
Posisi 2, yaitu aksi menekan piston ke 2 akan
membawa nada-nada open turun ½ step, nada. C menjadi B atau Do menjadi
Si. Nada G turun setengah menjadi Fis atau Sol menjadi Fi dan
seterusnya.
Posisi 1, yaitu menekan piston ke 1 akan membuat nada
open turun sebanyak 1 step. Nada C menjadi Bes atau Do menjadi Li. Nada G
turun satu menjadi F atau Sol menjadi Fa dst.
Posisi 1 dan 2
bersamaan, yaitu dengan menekan piston ke 1 dan ke 2 secara bersamaan
akan menurunkan nada open sebanyak 1 ½ step. Nada C menjadi A atau Do
menjadi La. Nada G menjadi E atau Sol menjadi Mi dst.
Posisi 2 dan 3
bersamaan akan menurunkan nada open sebanyak 2 step. Nada C menjadi Gis
atau Do menjadi Sel. Nada G menjadi Dis atau Es atau Sol menjadi Ri dst.
Posisi
1 dan 3 bersamaan akan menurunnkan nada open sebanyak 2 ½ step.. Nada C
menjadi G atau Do menjadi Sol dan Nada G menjadi D atau Sol menjadi Re
dst.
Posisi 1, 2 dan 3 bersamaan akan menurunkan nada open
sebanyak 3 step. Nada C menjadi Fis atau Do menjadi Fi dan nada G
menjadi Cis atau Sol menjadi Di dst.
Model lain dari piranti
pengatur nada adalah berupa slide yang operasinya dengan cara ditarik
serta diulur. Uluran slide akan menambah ukuran panjang tabung, dan
sebaliknya ketika slide ditarik, tabung akan memendek. Penambahan
panjang bodi atau tabung dalam skala tertentu akan menurunkan nada
sebanyak step tertentu pula.
Nada bisa diatur sesuai kemauan,
tapi tentu dengan syarat harus ada bunyi. Sumber bunyi trumpet berasal
dari mouthpiece. Mouthpiece ini bisa terbuat dari kayu, tulang, gading,
perunggu, perak, emas, kuningan ataupun tembaga dll. Bentuknya seperti
corong kecil, nyaris seperti model stetoskop pak dokter.
Cara
membunyikannya dengan dibekapkan di bibir lalu ditiup. Variasi nada,
tinggi-rendahnya, didapat dengan cara mengatur formasi bibir, merapat
atau membiarkan tetap ndomble. Meski dapat saja mouthpiece itu
menyuarakan beberapa nada, sesuai dengan posisi atau keketatan bibir
kala meniup, tapi nada-nada yang dihasilkan belum memadai, belum cukup
lengkap. Makanya mouthpiece perlu dibantu oleh piranti piston ataupun
slide agar dapat bernada sempurna.
Meniup mouthpiece perkaranya
hampir mirip dengan cara kita bersiul. Hanya saja ketika kita meniup
trumpet, jangan lupa mouthpiecenya dipasang. Nah, dibalik mouthpiece
itu, silahkan bibir sebal-sebul. Awalnya memang tidak gampang. Tapi
setelah biasa, meniup trumpet bakal enak saja, tak perlu ngotot ataupun
ngeden, tak perlu khawatir turun berok. Kagak ngaruh!
2.SAXSHOPONE
Berbeda
dengan tuts piano yang dapat menjangkau banyak nada, mulai dari do
paling rendah hingga do paling tinggi alias beroktaf-oktaf, saxophone
hanya mampu menjelajah beberapa oktaf. Makanya, ia pun dibuat dalam
berbagai ukuran demi menghasilkan nada selengkap piano. Jadilah
saxophone ukuran S, M, L, XL, double X, dan bahkan triple X. Pokoknya
mirip ukuran baju. Namun, pembagiannya bukan seperti itu, lebih merujuk
ke jenis suara.
Wilayah nada tinggi diwakili saxophone mini,
sedangkan untuk nada rendah menjadi urusan saxophone berukuran panjang
dan besar. Total semua macam saxophone ada 14. Semuanya, kalau mau,
dapat dimainkan bersama, ada yang kebagian suara sopran, alto, tenor,
bariton, bas, maupun kontra bas.
Dari 14 macam itu, yang sering
santer disebut adalah saxophone sopran, alto, dan tenor. Yang sopran
bentuknya lurus seperti yang dipakai Kenny G. Sedangkan golongan alto
bentuknya sedikit melengkung seperti huruf "J". Jenis ini biasa ditiup
oleh Dave Koz. Di atas alto ada saxophone tenor, dan biasa disebut
saxophone jazz. Yang lebih besar lagi, saxophone bariton. Saking berat
dan besarnya, bagian
bow atau
bell-nya jadi sering rusak.
Sebelum kebingungan dengan istilah di seputar saxophone, ada baiknya kita telanjangi dulu "
bodi"
saxophone yang seksi itu. Bentuknya mengerucut mirip belalai gajah.
Ukurannya mulai dari 1,5 m sampai lebih dari 5 m. Berhubung besar dan
panjang, supaya enak dipakai dan tidak kedodoran, maka perlu diringkas.
Bagian ujung dan pangkalnya ditekuk sehingga hasilnya mirip cangklong,
pipa untuk merokok.
Di sekujur tubuhnya banyak "bopeng". Lho,
tidak seksi lagi dong? Ya, mau apalagi, sebab tanpa "bopeng-bopeng" itu
saxophone tidak bisa bunyi. "Bopeng" yang berupa lubang menganga itu
dipasangi tutup yang bisa dibuka-tutup. Tutup-tutup lubang itu ada yang
dirangkai sehingga dapat menutup bersamaan.
Anatomi saxophone dapat disebut mulai dari atas:
mouthpiece yang diemut sewaktu memainkannya,
neck tempat memasang
mouthpiece,
main body tempat lubang-lubang tadi berada,
bow yang berbentuk mirip huruf "U", dan
bell yang mirip tabung dengan ujung kayak corong. Pada
main body sebelum
bow ada kait terbuat dari metal atau plastik tempat ngasonya jempol sehingga diberi nama
thumbrest. Beberapa senti di atas
thumbrest ada
strap ring, tempat canthelan
strap neck.
Seperti mimi dan mintuna, begitulah
mouthpiece dan
reed. Saxophone berbunyi hanya jika
mouthpiece ditiup.
Mouthpiece ini ceper, mirip paruh bebek cerewet, Donal. Bahannya bisa kayu, metal, atau ebonit. Sedang
reed terbuat dari bahan rotan yang diiris tipis, ditempelkan di sisi bawah
mouthpiece dan diikat kencang dengan
ligature. Besar kecil
mouthpiece
mengikuti ukuran saxophone. Jika kecil, kita bisa meniupnya di sudut
bibir sehingga masih dapat bersaxophone sambil nyengir. Kalau saxophone
nya gede,
mouthpiece-nya bisa segemuk pisang ambon. Ampun deh!
sumber : debritto.com